Detail Cantuman Kembali

XML

Penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada PT. Berlian jasa Timur Indonesia di Surabaya


ABSTRAK

Pelaksanaan aktivitas perusahaan yang efisien bisa dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan akuntansi yang dapat dipertanggungjawabkan, yang akan dipergunakan sebagai penilaian prestasi kerja bawahan secara obyektif atas tugas dan tanggungjawab akuntansi yang didelegasikan kepadanya. Begitu pula pada PT. Berlian Jasa Timur Indonesia yang bergerak di bidang jasa yang dalam kegiatan pelaksanaan operasionalnya seharusnya menerapkan akuntansi pertanggungjawaban secara baik pada setiap bagian yang ada. Sehingga prestasi kerja perusahaan dalam pengendalian pertanggungjawaban pusat biaya dapat berjalan secara baik pula.
Pelaksanaan sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh PT. BJTI Surabaya meliputi : pemberian kode rekening yang digunakan perusahaan hanya menghubungkan dengan biaya dan perusahaan belum menyusun rekening untuk pusat pertanggungjawaban yang ada, selain itu sistem kode rekening yang digunakan belum ada rekening pembantu; sistem pengendalian biaya hanya didasarkan pada anggaran dan realisasi biaya yang terjadi tanpa mengklasifikasikan berdasarkan keterkendaliannya; sistem penyusunan anggaran PT. BJTI masih belum melibatkan kepala bagian yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan dan tanpa mengklasifikasikan berdasarkan keterkendaliannya; serta dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban masing-masing pusat biaya belum membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan operasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Adapun juga perhitungan laporan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh peneliti adalah terdapat selisih antara anggaran BOP dengan realisasi BOP yaitu biaya upah tak langsung sebesar Rp.-425.710.983 (-60,53%) dikarenakan jam kerja bertambah sehingga mengeluarkan biaya lembur; biaya listrik dan air sebesar Rp. 78.642.889 (46,49%) dikarenakan penghematan pemakaian; biaya telepon dan fax sebesar Rp.-10.000.000 (-1,71%) dikarenakan penggunaan yang berlebihan; biaya bahan bakar dan minyak pelumas sebesar Rp.– 367.515.811 (-112,52%) dikarenakan kenaikan harga BBM; pemeliharaan peralatan sebesar Rp.-86.266.058 (-31,52%) dikarenakan kerusakan peralatan; pemeliharaan gedung sebesar Rp. 83.682.591 (29,72%) dikarenakan penghematan biaya pemeliharaan; dan tunjangan karyawan sebesar Rp. 225.570.782 (12,47%) dikarenakan keselamatan kerja membaik.
Dari hasil penelitian diketahui total selisih dari anggaran BOP dengan realisasi BOP sebesar Rp. -501.596.590, hal ini disebabkan kurangnya pengawasan dari pimpinan atas hal tersebut maka pemborosan pun tidak dapat dihindarkan. Dalam kondisi tersebut perusahaan harus lebih mengontrol terhadap laporan pertanggungjawaban dari masing-masing divisi dan mendapat persetujuan dari masing-masing divisi, serta perusahaaan harus melalukan penyesuaian dengan menganalisa dari pengeluaran anggaran tahun-tahun sebelumnya, sehingga perusahaan lebih berhati-hati dalam menganggarkan BOPnya.

2008
Sk. Ak Uma 165 2008
Sk. Ak Uma 165 2008
Text
Indonesia
Universitas Widya Kartika
2008
Surabaya
xi, 67 hal.; 29 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...